Tuesday, October 29, 2013

MATI DIMAKAN HAMA KEHIDUPAN

HARI BARU TELAH DATANG MENJELANG

KEHIDUPAN TERUS BERJALAN

POHON-POHON JADIKAN TEMAN

KEHIDUPAN AGAR TAK TERHENTI

BUKALAH HATI , RENTANGKAN TANGAN " BUMI LUAS TERBENTANG "

SATUKAN HATI TANAM TAKHENTI

POHON UNTUK KEHIDUPAN

HIJAU RINDANG SEKITAR KITA

SIRAM APA YG SUDAH KITA TANAM DENGAN SAYANG

BENALU-BENALU KITA BERSIHKAN , 

 JANGAN BIARKAN MEREKA MATI DIMAKAN HAMA KEHIDUPAN

Monday, October 28, 2013

MILIKI OFFSET HARIMAU SUMATRA OKNUM TNI DI HUKUM



Mahkamah Militer Banda Aceh menjatuhkan vonis dua dan tiga bulan penjara kepada dua oknum TNI AD yang menyimpan offset atau boneka dekorasi dari harimau Sumatera (Pathera tigris sumatrae) dan beruang madu (Helarctos malayanus) di rumahnya. Mereka terbukti melanggar UU No.5 Tentang Konservasi Keaneragaman Hayati dan Ekosistemnya pasal 21 ayat 2b junto pasal 40 dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara dan denda Rp100 juta.
Dalam putusan yang dibacakan Hakim Ketua Budi Parnomo pada Kamis (24/10/13), Sersan Kepala  Joko Rianto anggota Kodim 0106 Aceh Tengah divonis kurungan penjara dua bulan, denda Rp5 juta dan subsider tiga bulan. Sedang Prajurit Kepala Rawali Takesma anggota Yonif 114/Satria Musara Aceh Tengah dihukum tiga bulan kurungan, denda Rp2,5 juta subsider tiga bulan.
Kedua tentara ini sudah beberapa bulan dalam tahanan PM AD di Banda Aceh sebelum diproses hukum di Mahkamah Militer. Mereka ditangkap polisi militer di Aceh Tengah,  karena ada laporan ada offset harimau dan beruang madu dari lembaga pemerhati satwa di Jakarta.
Dalam sidang putusan ini, Mahkamah Militer menghadirkan barang bukti dua offset harimau Sumatera dan satu beruang madu ukuran cukup besar. Barang bukti ini diserahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh,  untuk diamankan negara.
Hakim Budi Parnomo mengatakan, kedua tentara itu menyimpan offset satwa langka bukan sebagai koleksi. Alasan Joko untuk mengobati istri yang sedang sakit. “Menurut penjelasan saudaranya, istri bisa disembuhkan dengan ada kuku beruang dan kulit harimau di rumah,” katanya dikutip dari The Globe Journal.  Sedang Rawali menyimpan offset harimau karena sebagai jaminan dari rekan yang meminjam uang Rp9 juta.
Menurut Budi, mereka tetap dihukum karena menyimpan satwa liar dilindungi. “Bila tidak dihukum, nanti perbuatan sama diikuti orang lain yang mengakibatkan akan punah satwa harimau Sumatera yang dilindungi itu.”
Salah satu harimau barang, bukti kepemilikan satwa liar ini oleh TNI AD di Aceh Tengah. Foto: Yusriadi
Salah satu offset harimau barang, bukti kepemilikan satwa liar ini oleh TNI AD di Aceh Tengah. Foto: Yusriadi
Patroli Harimau di Aceh
WWF Indonesia meminta aparat penegak hukum meningkatkan patroli pengawasan perdagangan harimau Sumatera di Aceh karena kasus perburuan dan perdagangan sangat tinggi.   Azhar, Koordinator Spesies WWF Indonesia Kantor Program Aceh, Jumat (25/10/13), mengatakan, WWF menyambut gembira proses pengadilan pertama kali digelar di pengadilan militer di Aceh ini. Namun,  putusan hakim masih jauh dari harapan para aktivis penyelamat satwa langka dan tidak menimbulkan efek jera bagi pelaku.
Menurut Azhar,  bukan rahasia lagi jika Aceh Tengah, daerah asal tugas dari kedua oknum prajurit itu,  merupakan sentra utama perburuan harimau Sumatera di Aceh terutama diperdagangkan sebagai offset. “Permintaan cukup tinggi dari kalangan kolektor, dan di Aceh Tengah dan Bener Meriah, oknum aparat keamanan dan pejabat pemerintah menjadi bagian mata rantai perdagangan offset harimau.”
Dia mengatakan,  harimau yang diburu selain jadi offset, juga karpet hiasan. Ada juga harimau diperjualbelikan hidup-hidup terutama anak-anak. Daerah perburuan harimau di wilayah ini di hutan sekitar Beutong Ateuh, Isaq dan Samarkilang. Para pemburu ada yang memakai jerat sling dan senjata api. “Dalam survei kami di dalam kawasan hutan kerap menjumpai slongsongan peluru tajam dan jerat-jerat yang sengaja dipasang pemburu dengan target satwa langka seperti harimau.”
Pada Oktober 2012, seeokor harimau terkena jerat di kebun kopi di Bener Meriah. Harimau ini dibunuh orang kampung, lalu kulit dan kepala dibawa oknum polisi. Sampai kini, proses hukum kasus ini tak berjalan, meski para saksi mata diperiksa di Kepolisian Resor Bener Meriah.
Ratno Sugito, aktivis Forum Orangutan Aceh (Fora) mengatakan, meskipun sanksi masih jauh dari harapan tetapi setidaknya Pengadilan Militer lebih serius daripada BKSDA Aceh. “BKSDA selama ini belum ada satu kasus pun disidangkan.”
Catatan Fora, dalam 10 tahun belakangan belum ada berkas terkait kepemilikan satwa liar terutama orangutan masuk ke ranah hukum. Padahal, bila dilihat orangutan yang masuk karantina di Sibolangit, banyak dari pemelihara ilegal ini para PNS, TNI, dan Polri.
Salah satu terdakwa TNI AD dan barang bukti, offset harimau Sumatera, saat sidang putusan di PM Aceh, Kamis (24/10/13). Foto: Yusriadi
Salah satu terdakwa TNI AD dan barang bukti, offset harimau Sumatera, saat sidang putusan di PM Aceh, Kamis (24/10/13). Foto: Yusriadi

Tuesday, October 8, 2013

Hentikan Ekspor Merkuri ke Indonesia

Sebabkan Pencemaran Parah, Jepang Diminta Hentikan Ekspor Merkuri ke Indonesia

Jepang dinilai mengekspor bencana terhadap lingkungan dan manusia lewat ekspor merkuri yang mereka lakukan ke sejumlah negara di Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Yuyun Ismawati, dari LSM Bali Fokus di sela simposium pembuka sebelum digelarnya konferensi internasional tentang bencana Minamata berjudul “Minamata Convention on Mercury” yang akan dibuka tanggal 9 Oktober 2013. Yuyun menyatakan bahwa kondisi pencemaran merkuri terhadap lingkungan di Indonesia saat ini sudah mencapai taraf mengkhawatirkan.
Pada praktek di lapangan masih menurut Yuyun kepada harian berbahasa Jepang, Asahi Shimbun, ekspor merkuri yang dilakukan oleh Jepang ke Singapura seringkali dijual di pasar gelap ke wilayah Indonesia untuk keperluan pertambangan rakyat yang sangat membahayakan lingkungan dan sumber air bagi manusia.


Setiap tahun Jepang mengekspor sekitar 100 hingga 150 ton merkuri ke Singapura dan Hong Kong selama lima tahun terakhir. Namun pada kenyataannya permintaan bahan metal cair di kedua negara tersebut sangat rendah. Singapura diduga hanya menjadi pelabuhan sementara bagi masuknya merkuri ke Indonesia.
Menurut data yang dimilikinya Yuyun mengatakan, pada tahun 2010, sekitar 280 ton merkuri telah diekspor dari Singapura ke Indonesia. Namun menurut catatan pejabat resmi pemerintah, hanya sekitar 2 ton merkuri yang diimpor dari Singapura ke Indonesia tahun tersebut. “Merkuri diimpor secara ilegal ke Indonesia dari negara-negara mau seperti Jepang, melalui perantara negara ketiga dan digunakan disana,” ungkap Yuyun Ismawati kepada Asahi Shimbun.
Bahan metal cair bernama merkuri ini digunakan sebagai campuran dalam pertambangan emas rakyat untuk membersihkan dan memurnikan emas. Namun penggunaan merkuri, sangat membahayakan bagi lingkungan karena limbah metal cair untuk memebersihkan emas ini seringkali dibuang sembarangan ke sumber air dan muara, yang mengakibatkan kontaminasi racun berbahaya bagi spesies-spesies ikan yang menjadi sumber protein bagi manusia. Merkuri sendiri membahayakan manusia karena paparan dalam jumlah besar dan waktu yang panjang akan melemahkan koordinasi kerja syaraf tubuh dan mengakibatkan komplikasi munculnya penyakit lainnya.
Menurut laporan dari United Nations Environmental Programme (UNEP) berjudul Mercury, Time to Act, menemukan bahwa merkuri hasil kontribusi manusia di permukaan laut sampai sedalam 100 meter di lautan dunia telah mencapai dua kali lipat dalam seratus tahun terakhir. Dalam laporan ini, UNEP juga menyatakan bahwa sebagian Afrika, Asia dan Amerika Selatan bisa terjadi kenaikan emisi merkuri di lingkungan mereka terutama yang diakibatkan oleh pertambangan emas skala kecil dan pembakaran batubara untuk listrik. Di Indonesia sendiri ada sekitar 800 titik di 22 propinsi yang menjadi sumber pencemaran merkuri akibat pertambangan emas skala kecil atau ASGM (artisanal and small-scale gold mining).
Kontaminasi terhadap manusia juga tak kalah mengerikan, dari 20 orang yang bekerja di pertambangan emas tanpa izin dan telah menjalani uji kontaminasi merkuri, 19 diantaranya berada dalam kondisi tercemar merkuri dalam level berbahaya.
Di seluruh wilayah Indonesia dan dimanapun di belahan dunia ketiga, pertambangan berskala kecil terus bertambah dalam satu dekade terakhir, seiring dengan melonjaknya harga emas. Para ahli mengatakan bahwa saat ini ada sekitar 250.000 petambang -dan sekitar 1 juta orang pekerja lainnya terlibat dalam proses ini, di setiap pulau di negeri ini. Menurut perkiraan, mereka secara kolektif bisa memproduksi sekitar 60 ton emas setiap tahun, bandingkan dengan jumlah ekspor emas Indonesia secara resmi yang berjumlah 100 ton per tahun.
Penggunaan merkuri dalam pertambangan tak berizin ini adalah hal ilegal. Namun beberapa wilayah di Indonesia kini mengandung kontaminasi merkuri tertinggi di dunia: mencapai 1000 miligram per kilogram tanah, menurut Chris Anderson seorang pakar yang melakukan mitigasi masalah ini.
Kasus terparah akibat kontaminasi merkuri di abad ini adalah Tragedi Minamata yang terjadi di kota Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang pada tahun 1956 yang disebabkan oleh limbah pabrik PT Chisso yang memproduksi berbagai produk kimia yang mengandung merkuri dibuang ke teluk di kota tersebut dan meracuni ikan yang menjadi sumber protein warga. Antara 200 hingga 600 ton merkuri dibuang ke Teluk Minamata antara tahun 1932 hingga 1960-an. Akibatnya, tak hanya tewas, warga setempat juga mengalami berbagai penyakit gangguan syaraf akibat serangan metil merkuri dalam kadar tinggi.

Sunday, October 6, 2013

TEKNIK SURVIVAL

SURVIVAL UNTUK MENJADI SURVIVOR DALAM
PENDAKIAN DAN KECELAKAAN 

Beberapa hari ini, media kita ramai dengan kabar berita
hilangnya pendaki gunung di Semeru. Dari info terakhir
Survivor M. Firas Awwaludin Iqbal telah diketemukan
dalam keadaan lemah. Apa sesungguhnya Survivor itu? Bagaimana jika kita
mengalami naas dan tersesat di alam liar? Apa tindakan
kita agar bisa kembali ke keluarga? Survivor berasal dari kata Survival yang dalam kamus
pecinta alam bebas diterjemahkan sebagai upaya untuk
mampu menjaga kelangsungan hidup di alam bebas. Orang yang berhasil selamat dan bisa kembali dari
alam bebas itulah disebut Survivor. SURVIVAL sendiri timbul karena adanya MASALAH yaitu
gap antara ekspektasi manusia terhadap apa yang
tersedia di alam yang liar dan buas dari suatu tindakan
pendakian, penelusuran, ketersesatan dari pendakian
dan penelusuran itu ataupun dari suatu kecelakaan –
yang menyebabkan manusia itu mau tak mau harus berhadapan dan berdamai dengan alam. Cara berhadapan dan berdamai dengan alam itulah
yang menentukan pengambilan PEMECAHAN MASALAH
yang tepat agar bisa menjadi SURVIVOR. Jika kita sederhanakan dalam suatu alur maka akan
didapat alur ini: SURVIVAL – MASALAH – PEMECAHAN
MASALAH – SURVIVOR. Masalah terjadi karena tiga unsur berikut: 1. Manusia
Masalah utama dalam survival adalah kita sendiri!
Musuh utama manusia adalah KETAKUTAN. Sesiap
apapun mental dan fisik, ketika berhadapan dengan
alam yang tidak biasa kita prediksi sebelumnya, maka
ketakutan akan menyerang, akibatnya mental menjadi lemah – pikiran tidak jernih – fisik melemah – pelan - pelan meninggal. 

2. Alam
Alam terdiri dari gunung, hutan rimba, sungai, gurun
dan cuaca. Bagaimana menghadapi ketika anda berada
diantaranya? 

3. Binatang dan Makanan
Bagaimana anda menghindari atau menghadapi
binatang buas? Bagaimana anda menjadikan binatang
sebagai pertanda alam? Bagaimana menjadikan
binatang sebagai sumber makanan? Bagaimana
menjadikan tanaman di sekitar sebagai sumber makanan dan bagaimana bisa menemukan air? Sementara dalam Pemecahan Masalah, ada beberapa
pendekatan yang bisa dilakukan:

1. Ground Medical (Pencegahan Pertama Pada
Kecelakaan/ P3K) akibat dari hipotermia (penurunan
suhu tubuh), Dehidrasi (kekurangan cairan tubuh),
Hipoxia (Kekurangan O² pada tubuh) serta luka / patah
pada tubuh. 

2. Navigasi Darat yaitu upaya untuk mengetahui arah
yang belum kita kenal/ketahui.

3. Pionering yaitu suatu kegiatan pemeloporan/
penerobosan berbagai hambatan alam maupun buatan
untuk mencapai suatu wilayah dengan menggunakan
keahlian baik dengan atau tanpa peralatan. 

4. Mountaineering yaitu suatu kegiatan untuk
mendapatkan ketinggian dan memanjat gunung. Kami tidak membahas secara detail teknis , karena
kemungkinan akan menjadi sulit diterima kaum awam. Ada tips khusus yang mungkin bisa membatu seorang
awam menjadi survivor yaitu dengan menggunakan
metoda STOP: 

S = Stop (berhenti),
T = Thinking (berpikir),
O = Observation (Mengobservasi keadaan sekitar) dan
P = Planning (membuat perencanaan survival). Kemudian gunakan petunjuk-petunj uk sederhana berikut ini: 1. Mencari tempat yang lebih tinggi untuk keamanan,
observasi dan akurasi wilayah yang harus dituju. 2. Menuju kearah Timur . Ketika berada hutan belantara
perhatikan kulit pohon, dimana ia lebih kering dan tidak
lembab maka itu adalah Timur. Ketika diketinggian, jika
pohon agak merunduk kesuatu arah maka itulah Timur. 3. Ketika harus bermalam dalam hutan: jangan didekat
mata air/sumber air atau tempat yang sudah lapang
karena kemungkinan itu jalan hewan dan hewan
cenderung kesana. Jangan di bawah pohon besar dan
jangan ditempat yang miring. 4. Cari aliran sungai, karena akan mengantarkan kita ke
permukiman penduduk. 5. Tumbuhan yang tidak bisa dimakan: A. pohonnya tinggi, buahnya kecil dan indah. B. jika biji yang jatuh di tanah utuh tidak dipatuh burung
atau dimakan hewan lain. C. daunnya tebal dan berbentuk. D. getahnya banyak dan aromanya tajam. 6. Merasakan apakah makanan beracun atau tidak:
a. gunakan ujung bibir,
b. gunakan pinggir bibir,
c. gunakan lidah depan atau
d. gunakan belakan kuping (dioleskan).
Jika bereaksi(gatal, panas), maka hindari makanan tersebut. 7. Untuk mengetahui air yang sehat dan bisa diminum,
perhatikan apakah ada hewan yang meminumnya.
Ingat, kita bisa bertahan hidup tanpa makan, tapi tidak
bisa bertahan tanpa air! 8. Memasak daging atau makanan bisa dengan cara
memasukkan kedalam lubang tanah atau masukkan
kedalam bambu. 9. Untuk mengetahui cuaca dan waktu: a. jika semut masuk ke lubang beriring, maka
kemungkinan besok akan turun hujan(Nanti kami ulas
tersendiri). b. jika jangkrik hijau berbunyi, maka waktu
menunjukkan
sekitar jam 18.45 WIB. Semoga catatan sederhana ini bisa membantu, ketika
kita berada dalam kesesatan apalagi terjadinya karena
kecelakaan,nant i akan kami ulas perbagian.

SEJARAH MAPALA

Tahukah Sobat greeners sejarah MAPALA ?


Forumhijau.com-selama ini, kegiatan kelompok mahasiswa pecinta alam (Mapala) identik dengan pendakian gunung, penjelajahan gua, dan berarung jeram di sungai. Sejarah kelompok pecinta alam kampus dimulai sekira 40 tahun lalu. Ketika itu, para aktivis mahasiswa terpaksa bungkam akibat dikeluarkannya SK 028/3/1978 yang membekukan kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa. Masa ini dikenal sebagai masa Normalisasi Kegiatan Kampus (NKK).

Organisasi Mapala pertama di kampus Tanah Air lahir di Universitas Indonesia (UI). Pada 8 November 1964, Soe Hok Gie melontarkan gagasan pembentukan organisasi Mapala di UI, terinspirasi oleh Ikatan Pecinta Alam Mandalawangi. Para anggota Mandalawangi, yakni masyarakat umum dan mahasiswa, harus melewati seleksi ketat terlebih dahulu. Namun, umur Mandalawangi tidak panjang, hanya dua tahun.

Gagasan Soe ini digarap serius. Akhirnya, pembentukan organisasi Mapala UI pun disepakati dengan nama Ikatan Mahasiswa Pecinta Alam (Impala). Oleh Pembantu Dekan III Fakultas Sastra UI bidang Mahalum, Drs. Bambang Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut, nama Impala disarankan untuk diganti karena dianggap terlalu borjuis. Drs. Moendardjito mengusulkan nama Mapala Prajna Paramita. Selain merupakan singkatan dari mahasiswa pecinta alam, Mapala juga berarti berbuah atau berhasil. Dan Prajna Paramita adalah dewi pengetahuan. Jadi, menurut Fajrul, penggunaan nama ini diharapkan dapat mendorong segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggota Mapala UI akan selalu berhasil berkat lindungan dewi pengetahuan.

"Ide pencetusan pada saat itu memang didasari dari faktor politis, selain dari hobi individual pengikutnya. Organisasi ini juga dimaksudkan untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antarorganisasi.

Dalam tulisan Soe Hok Gie dalam Bara Eka, 13 Maret 1966. Menurut Soe, Mapala mencoba membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, Tanah Air, rakyat dan almamaternya.

"Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan Tanah Air Indonesia secara menyeluruh, barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik," tulis Soe.

Mapala adalah organisasi beranggotakan para mahasiswa dengan kesamaan minat, kepedulian dan kecintaan dengan alams ekitar dan lingkungan hidup. Diinisiasi Mapala UI, para mahasiswa ini membuang energi mudanya dengan merambah alam mulai dari lautan sampai ke puncak gunung.

"Sejak itulah pecinta alam pun merambah tak hanya kampus, melainkan ke sekolah-sekolah, ke bilik-bilik rumah ibadah, sudut-sudut perkantoran, lorong-lorong atau kampung-kampung. Seakan-akan semua yang pernah menjejakkan kaki di puncak gunung sudah merasa sebagai pecinta alam.





Did Buddy Greeners Mapala history ?


Forumhijau.com - this time , the activities of student groups of nature lovers ( Mapala ) synonymous with mountain climbing , cave exploration , and rafting on the river . History of nature lover campus began approximately 40 years ago . At that time, the student activists had silenced due to the issuance of a freeze SK 028/3/1978 activities Student Council and Student Senate . This period is known as the period of Normalization of Campus Activities ( NKK ) .
The first on-campus organizations Mapala country of birth at the University of Indonesia ( UI ) . On 8 November 1964 , Soe Hok Gie Mapala floated the idea of creating an organization in the UI , inspired by Nature Lovers Association Mandalawangi . Mandalawangi members , the general public and students , must pass rigorous selection first. However , life is not long Mandalawangi , only two years old .
Soe this idea seriously worked . Finally, the UI Mapala organization was agreed upon under the name Nature Lovers Students Association ( Impala ) . By the Vice Dean of the Faculty of Letters UI Mahalum field , Drs . Bambang Soemadio and Drs . Moendardjito which apparently showed an interest in the organization , the name Impala is recommended to be replaced because it was considered too bourgeois . Drs . Moendardjito proposed Mapala name Prajna Paramita . Stands apart from students of nature lovers , Mapala also means fruitful or successful . And Prajna Paramita is the goddess of knowledge . So , according to Fajrul , use of the name is expected to drive everything Mapala conducted by members of the UI will always work due to protection of the goddess of knowledge .
" The idea of ​​arcing at the time was based on political factors , apart from his individual hobbies . Organization is also intended to accommodate students who are fed up with other student organizations and the highly political nature of development has the unpleasant climate in inter-organizational relationship .
In the writings of Soe Hok Gie in Bara Eka , March 13, 1966 . According to Soe , Mapala try reawaken idealism among students to honestly and truly love nature , country , folk , and his alma mater .
" They are a group of students who do not believe that patriotism can be instilled only through slogans and car windows . They believe that by getting to know the people of Indonesia and the country as a whole , then one can be good patriots , " wrote Soe .
Mapala is an organization composed of students with a common interest , concern and love for the environment and are approximately Alams . Initiated Mapala UI , these students throw his energy to explore nature ranging from the ocean to the top of the mountain .
" Since that's the nature lovers also penetrated not only the campus , but to the schools , to the chambers of the house of worship , office corners , hallways or villages . As if all that ever set foot on a mountain top was felt as nature lovers .